Sunday, April 25, 2010

Jemurankoe…



Kugantung jemuran perlahan, satu per satu.

Setelah selesai kupandang hasil karyaku.

Luar biasa! (Halah, hiperbola! Wong cuman jemuran azaaa:)).


Ya, jemurankoe…

Bergelantungan satu per satu.

Bukan di dalam bus kota,

tetapi bergelantungan di tempat jemuran dari bahan ‘stainless steel.’


Tak lama aku pergi.

Meninggalkan rumakoe dan jemurankoe.

Langit masih biru, cerah, cuaca sedikit berawan.

(Gaya ramalan cuaca bak Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika).


Setelah sampai di rumah temanku.

Bincang-bincang sedikit, acara sedikit, ngobrol sedikit.

Tiba-tiba hujan deras mengguyur kota Ho Chi Minh.

Horeee, hujan setelah sekian lama panas.
Debu tergantikan dengan kesejukan air hujan.

Basuh panas dengan segarnya titik air yang membasahi bumi…


Tiba-tiba, tersadar seketika:

Oh, Jemurankoeee…!

Bagaimana nasibmu? Sedang nasibku, sudah pasti.

Cuci ulang sekali lagi agar tak bau baju-baju itu nanti…


Pulang ke rumah.

Kudapati jemuranku sehat walafiat.

Karena ternyata, hanya hujan lokal.

Betulan di tempatku tidak kena hujan.

Cihui!

‘Gak jadi nyuci ulang:)


Renungan tentang jemurankoe dihubungkan dengan kehidupan:

Dari jemurankoe itu tadi, aku belajar…

Terkadang apa yang sudah kita usahakan (kadang sampai setengah mati), bisa berujung kegagalan atau seolah seluruh keringat dan usaha yang tercurah tak menghasilkan apa pun… Malah harus melakukan sesuatunya dari awal lagi dan memang itu mengesalkan. Seolah segala usaha itu sia-sia dan tak ada guna…

Pernah juga dalam hidup, sudah mencurahkan segala daya upaya, koq hasilnya tidak memuaskan juga… Entah di ujian, entah di lamaran akan suatu pekerjaan, entah di bisnis, entah di keluarga dengan anak-pasangan-sampai tetangga…

Tetapi bukan berarti kita tidak perlu usaha atau tidak usah melakukan apa pun. Usaha ya, terus jalan. Walaupun hasilnya tidak memuaskan, walaupun hasilnya mengecewakan. Yang dilarang adalah berhenti total tanpa melakukan apa pun. Berhenti artinya adalah ‘mati’. Hidup tetapi ‘mati’ bukanlah kondisi yang diharapkan. Mati rasa, mati semangat, mati motivasi…

Peristiwa jemurankoe juga mengajarkankoe…

Kalau aku harus setia dan takwa. Mencuci lagi, menjemur lagi, biarpun sudah kuyup dan basah tuh jemuran, tak ada kata tidak…

Aku memang harus mulai lagi dengan hati yang baru. Tidak mudah, karena biasanya usaha yang seolah sia-sia membuahkan patah semangat, tetapi masih akan ada matahari yang cukup panas yang akan menyinari jemuranku, menjadikannya kering, dan siap diangkat untuk selanjutnya disetrika.

Ketika salah satu, salah dua atau salah tiga usahaku sia-sia…

Semoga aku tetap percaya:

akan ada waktu-Nya di mana usahaku akhirnya membuahkan hasil…

Tugasku hanya bertahan di dalam iman, terus berusaha, dan tidak putus asa terlalu dalam. Tetap bisa bangkit kembali walaupun sudah basah kuyup dihantam hujan dan badai kehidupan.

Mataharikoe akan sinari akoe…

Kegagalan ini terjadi untuk membuatku belajar rendah hati.

Belajar mempersiapkan diri, untuk seterusnya lebih bijaksana dalam kehidupan ini…

Ah, jemurankoe…

Kau telah mengajarkanku sesuatu yang unik, menarik, dan berharga.

Terima kasih…

*nyuci lagi, ah heheheh*


HCMC, 25 April 2010

-fon-

* inspirasi betulan dari jemuranku. Sengaja ditulis jemurankoe, biar gaya dikit kayak zaman doeloe :).

Sumber gambar:

http://hatiwanita.files.wordpress.com/2008/12/jemuran.jpg


2 comments:

  1. Hihi ^^ dari kegiatan sehari-hari bisa jadi perumpamaan ya :D
    Luar biasa!
    Kita sama2 maju ya ie, thanks ya meingatkan Shella akan pentingnya jangan menyerah dari kegagalan dan tetap rendah hati.

    ReplyDelete
  2. @ Shella: bisa koq kalo mau, pasti bisa menulis dari kegiatan sehari2, gak usah yang selalu spektakuler:)
    Iya deh, kponakannn kita saling belajar:)
    *enaknya keponakan nambah satu lagi wkwkwk*

    ReplyDelete